1 Apr 2010
Matahari sore ini masih menyisakan sengatan panasnya di kulit legam ini
ku coba untuk bertahan, menahan dari segala kepelikan hidup yang kian lama kian terasa berat. Tak kuhiraukan ejekan, cercaan dari orang yang melihatku dan pekerjaanku yang mungkin bagi seperti mereka sangat menjijikkan, biarlah mereka begitu, toh mereka gak pernah mengalami susahnya menjadi aku. Mungkin bila mereka berada diposisi aku atau setidaknya bisa sedikit memahami kondisi aku, pasti mereka takkan menertawakanku apalagi menghinaku segitu sakitnya. Bagaimanapun aku tak mengharapkan itu.
Kujejaki perlahan tumpukan gunungan sampah itu, kususuri satu persatu sampah yang ada, siapa tahu masih menyisakan secercah asa untuk bisa kubawa pulang hari ini. Dengan kantong goni dibelakangku yang sudah terisi sampah-sampah yang mulai kucari dari jam 07.00 pagi tadi. Terlintas wajah bundaku tersayang, yang pastinya sedang menanti kepulanganku kerumah dengan tidak sia-sia. Ah..bunda betapa sayangnya aku padamu, aku akan melindungimu selalu. Ku masih mengharapkan senyum tulus dan kasih sayang bunda yang menjadi penyemangat hidupku dalam menjalani hari-hari sulitku ini.
Tak terasa adzan magrib sudah berkumandang , aku harus segera pulang sebelum bunda susah mencariku. Dirumah yang tak layak disebut rumah ini aku dan bundaku tinggal sejak kepergian ayahku kehadirat Ilahi 2 tahun yang lalu, otomatis sejak itu akulah yang harus menjadi tulang punggung untuk kami berdua. Aku yang hanya tamatan smp itu pontang panting mencari kerja dimana-mana, tapi penolakan dan penolakan yang kuterima. Mana ada orang yang mau memperkerjakan orang seperti aku, apalagi cuma tamatan SMP. Wajarlah mereka menolakku, sangat wajar. Tapi aku tidak pasrah begitu saja, aku pernah bilang sama bunda. Bunda, aku akan kerja apa saja yang penting itu halal. kamu mau kerja apa nak, apa yang bisa kamu kerjakan sayang?. Apa saja bunda, aku mau dan siap.
Awalnya bunda menolak dan menetang keras keinginanku untuk menjadi pemulung, kamu gak perlu kerja seperti itu nak, kalau untuk kebutuhan kita berdua saja, bunda rasa cukup nak. Tapi mau sampai kapan kita hanya cukup dengan uang simpanan bunda yang tak seberapa itu??, akhirnya bunda luluh dan mengizinkan aku bekerja sebagai pemulung.
Inilah aku seorang pemulung cacat, aku memang cacat secara fisik tapi
otak, pemikiran ku san semangat hidupku tidak pernah cacat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
nice story,,,
BalasHapussebuah renungan akan arti hidup...
sukses selalu yaaa..^_*
tetap berusaha,,rezeky ada yang atur bagaimana kita berusaha,,soeharto tamatan sd bisa jadi president
BalasHapusprofesi apapun asal kita ikhlas menjalaninya pasti akan barokah, tq dah berbagi :)
BalasHapussebuah renungan yang begitu berarti...
BalasHapusapa yang mereka lakukan itu lebih indah dan lebih halal ketimbang orang yang ada di atas yang tidak di tahu dari mana datangnya kekayaan mereka,,,yang mungkin saja hasil itu hasil keringat rakyat jelata...
apa yang indah itu tidak akan pernah tampak oleh mata....
sebuah renungan yang begitu berarti...
BalasHapusapa yang mereka lakukan itu lebih indah dan lebih halal ketimbang orang yang ada di atas yang tidak di tahu dari mana datangnya kekayaan mereka,,,yang mungkin saja hasil itu hasil keringat rakyat jelata...
apa yang indah itu tidak akan pernah tampak oleh mata....
Jangan pernah untuk meremehkan sebuah profesi. disini kadang kita suka menganngap remeh sebuah profesi.
BalasHapusmengharukan...
BalasHapuspostingan yang bagus mbak...
BalasHapuscerita yang membuka mata....
BalasHapuskunjungan malam mbak lia...
renungannya mengharukan banget ci mbak.. :(
BalasHapusPemulung lebih baik dari pada pengemis,
BalasHapusPengemis lebih baik daripada pengangguran,
pengangguran lebih baik daripada preman,
Bener ga kak? ^^
Apapun pekerjaan kita,
pokokna ruz tetep bersyukur!
subhanaallah lia hebat klo nulis2 kayak ginian salut..
BalasHapusada award buat lia di
http://kang-tejo.blogspot.com/2010/03/award-rombongan-9in1.html#comments
waaaaaaah
BalasHapusbagus banget liaaaaa
hemmm..inspiratif banget...!!!
BalasHapusLama nggak komen disini jd kangen berat hehehe
BalasHapusAllahumma Shalli 'ala Muhammad...
BalasHapus>_<!
ini salah satu kebesaran Allah...
jadi inget saat khalifah Umar bin Khattab berjalan dari Mekkah ke suatu kota di Yaman
dia bertemu dengan seorang laki² tua yang tidak dapat melihat, tidak memiliki tangan dan kaki...
saat itu Umar pun menghampirinya seraya bertanya
kenapa di saat keadaan seperti ini engkau masih saja melafadzkan asma Allah...
di menjawab, biarlah saya di dunia tidak hidup dalam kesempurnaan seperti tuan...
asalkan kelak di Akhirat saya bisa di sisi Allah secara Mulia...
Subhanallah...
Umar pun tidak berhenti mengucap rasa syukur dengan kesempurnaan fisik yang dia miliki
kita harus bayak bersyukur ^^
keren ceritanya :)
BalasHapusjangan menilai orang dari pekerjaannya, toh selalu ada cerita dibaliknya...
blognya bagus ya..beda kaya punya ku simpel aja..hehe
BalasHapusknjungi blog ku ya.jangan lupako mentarnya..happy blogging
http://deekkyy.blogspot.com
renungan yang menarik
BalasHapussalam kenal
BalasHapusceritanya menyentuh ~_~
BalasHapusliaaa,
BalasHapusditunggu ya postingan barunya say,,,,
^_^
xoxo
YULIA RAHMAWATI
Get Up,Survive, Go Back To The Bed
datang berkunjung dgn formasi dan PR baru...semoga mav terucap oleh sebab lama aku ngga' berkunjung kesini....
BalasHapusSubhanallah sungguh hebat orang itu
BalasHapusdengan keterbatasan dia punya tp dia tetep mau berjuang
jadi inget...
BalasHapusada orang gila kumal dekil dan bau yang beberapa hari ini, bermarkas di sebelah rumahku.
aku jadi kasihan melihatnya...